Rumitnya Mengurus Energy

Tulisan ini bukanlah tulisan yang ingin membela pemerintah terkait kebijakan energi di Indonesia. tulisan ini hanya ingin menggambarkan betapa sungguh-sungguhnya pemerintah dalam mengelola energi.
Sebelumnya saya sudah cukup terhipnotis dengan analisis Kwik kian gie, seorang analisis ekonomi dan juga mantan menteri perekonomian jaman pemerintahan ibu Megawati, saat ini kesan saya kepada pemerintah adalah pemerintah tidak bersungguh-sungguh dalam mengembangkan energi. pemahaman ini mungkin ada benarnya, karena sudah berpuluh tahun kita merdeka kita belum juga mandiri dalam energi.
lantas kalau pemerintah tidak serius, kenapa pemerintah tidak diganti saja?
Sampai disini saya melihat solusi dari semua itu tidak semudah dari apa yang sering pengkritik sampaikan (termaksud saya)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sebanding dengan konsumsi energi. Indonesia yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 % mengharuskan tersedianya kebutuhan listrik yang tinggi. Konsumsi listrik tahun 2013 sekitar 188 TWh, dengan target pertumbuhan ekonomi 7 %, maka paling tidak tiap tahun kita harus menambah 1.5 persen dari 188 TWh. belum lagi masih ada kantong-kantong masyarakat yang belum menikmati aliran listrik. Itu artinya kita butuh sumber energi tambahan yang cukup banyak.
Saat ini produksi minyak nasional rata-rata 859.000 barel per hari, sedangkan kebutuhannya sebesar 1.4 juta barrel. saat ini pembangkit listrik ada yang menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya. sementara kita harus mencukupi kekurangannya dengan mengimpor dari negara tetangga, Nigeria, timur tengah dsb. saya tidak akan membahas apakah kondisi ini mengharuskan kita mengurangi subsidi BBM, cukup sensitive jika dibahas). Namun kita masih memiliki cadangan batubara dan panas bumi yang sangat besar.
Sepengetahuan saya, Pemerintah sudah cukup bekerja keras memikirkan ini, ini dibuktikan dengan banyaknya peraturan perundang-undangan yang terbukti membantu energi baru terbarukan (EBT). saat ini selain biogas, solar cell, angin, hydro, dan panas bumi, nuklir juga menjadi opsi yang tertuang dalam blueprint pengembangan energi. Sumber energi diatas telah disusun dalam power grid yang juga telah dipetakan sampai tahun 2050 yang akan datang.
Dalam implementasi nya, acap kali pemerintah berbenturan dengan kepentingan politik luar negeri. Kontrak-kontrak Migas jangka panjang, mafia migas dan “Ego” ingin menjadi penguasa menjadikan energi sebagai barang “seksi” dan berkaitan erat dengan kebijakan politik luar negeri. well.. saya melihat sumber energi EBT ini cukup menjanjikan kalau dilakukan sesuai dengan planning. Saat ini kita memang kekurangan pasokan listrik, tapi bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan kita bahkan akan mengekspor.

0 Response to "Rumitnya Mengurus Energy"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel