LUPAKAH CITA-CITA KEMERDEKAAN?? *

LUPAKAH CITA-CITA KEMERDEKAAN?? *

Kibaran sang Saka merah Putih membanggakan, Merah Putih berkibar dengan gagahnya ditiang bambu tua depan rumah setengah papan. Rumah sepetak, alasnya masih tanah liat dan gentengnya genteng tua yang sudah mulai pudar warnanya dilumuri lumut hijau. Berlokasi di tepi  lalu lintas kreta api jurusan Binjai – Medan, rumah itu sangat polos, masih nampak hiasan bambu pagar seolah-olah mengingatkan perjuangan bangsa ini dengan menggunakan bambu runcing.
Pemiliknya jelas masih sangat miskin, dan sudah berumur.  Namun dia pasang tinggi bendera kebanggaannya itu, seakan dia kirim pesan kepada kereta api dan penumpangnya yang setiap hari lewat di depan rumahnya : “kami juga adalah pemilik sah republik ini”. “Kami masih percaya di bawah bendera merah putih ini kami bisa sejahtra. Walaupun kami harus berjuang sendiri”.
Mereka yang miskin telah menyatakan cinta dan bangga secara tulus kepada bangsa ini.  Keseharian hidupnya mungkin sangat sulit, mungkin serba kerontang, gali lubang tutup lubang. Boro2 punya tabungan kesejahtraan, hidupnya masih dalam skenario malam sebelum ia tidur. Meski tidak punya tabungan di bank, tetapi tabungan cintanya kepada republik ini luar biasa banyak. Negeri ini masih sangat dicintai dan dibanggakan oleh rakyatnya tanpa syarat. Mereka lebih mencintai negerinya ketimbang pejabat berdasi yang mengatakan nasionalisme tapi hanya sebuah retorika semata, hilang tak berbekas apa yang dikatakan para pejabat bermuka ganda.
Hasil Kerja para Pejuang
Tiap memasuki Bulan Agustus ada rasa bangga dalam dada. Kemerdekaan diongkosi dengan perjuangan, ditiap hela anak bangsa hari ini ada pahala para pejuang, para perintis kemerdekan.
Jangan sekali-kali kita melupakan bahwa saat negeri ini merdeka, mayoritas penduduk serba kesulitan. Hanya 5 persen saja yang melek huruf. Jalanan masih berbatuan, pakaian masih sangat minim. Siapapun hari ini jika menengok kemasa lalu, masih akan melihat dengan jelas jejak ketertinggalan diberbagai bidang sebagai bagian dari sejarah keluarganya.  Kemiskinan dan keterbelakangan adalah baju bersama pada masa itu.
Republik ini berdiri bukan hanya semata mengusir kolonialisme penjajah semata, melainkan untuk menegakkan keadilan dan kesejaahteraan bagi seluruh rakyat indonesia. Isi pembukaan UUD 1945 selama ini adalah sebuah cita-cita bersama, tepatnya adalah cita-cita kemerdekaan. Narasi dalam pembukaan bukanlah sebuah cita-cita semata, melainkan sebuah janji yang sakral dan melekat bagi setiap anak bangsa yang berdiri di bumi indonesia.
Terlupakan
“Marilah kita mengisi kemerdekaan ini dengan....” mungkin  kata ini akan selalu kita dengar disetiap pidato peringatan kemerdekaan negara kita.  Atau mungkin saja kita bosan dengan kelimat ini. Tidak jelas kemana kalimat jamak ini dimuarakan.  Cita-cita yang diterjemahkan dalam janji kemerdekaan masih menjadi sebuah arti yang mungkin saja sudah kita lupakan.
Hari ini sebagian mungkin sudah menikmati cita-cita bangsa ini. Rumah apatment, Mall, real Estate, dan segala kenyamanan bagi segelintir orang yngg bahkan dulunya sangat minim menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kemerdekaan. Mereka tidak lagi bergantungan dengan negara, mereka sudah mandiri bahkan mampu memamdirikan orang lain
Di sisi lain sebagian besar penduduk masih menunggu janji dan cita-cita itu. Mereka hidup hanya sekedar hidup, kerja satu bulan untuk makan 2 minggu. Selalu berdoa agar ketika banjir luapan sungai tidak menggenangi gubuk mereka. Teriakan dan tangisan anak-anak yang kelaparan. Mereka semua adalah sisi lain dari janji yang harus ditepati.
Para elit mungkin lupa kalau mereka dulunya sangat miskin dan keterbelakangan. para elit mungkin sudah lupa kalau mereka juga terikat janji dan cita-cita kemerdekaan. Mereka lupa lantaran asyik bermain uang, asyik suap-menyuap anggaran negara. Mereka lupa karna nyaman naik mobil milyaran rupiah. Mereka pikun karna asyik menjadi boneka negara asing hanya karna sejengkal perut buncit.
Pada siapa kita mengadukan nasib sebgaian rakyat yang termarjinalkan?
Bangsa ini bukannya bangsa yang miskin. Bangsa kita sangat kaya raya. Exon Mobil, Blok Cepu, FreePort dan seabrek perusahaan kapitalis asing mengerus kekayaan kita bertahun-tahun lamanya. Pada siapa kita mengadu? Bodohkan bangsa ini sehingga tidak mampu mengelola kekayaan kita? Atau karna terlalu pandai sehingga membuat celah antara simiskin dan sikaya semangkin melebar?
Masih ada harapan?
Meskipun seabrek masalah yang melanda bangsa ini, tetap selalu ada harapan. Harapan untuk bisa lebih tersenyuum bagi mereka yang selma ini menangis. Harapan itu muncul bagi mereka yang tau sejarah negri ini, mereka yang tidak hanya pandai lipsservice. Harapan ini tumbuh bagi mereka yang selalu mengenang jasa para pahlawan dan mengaktualisasikan diri dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi.
Tidak pantas rasanya terus memperingati kemerdekaan ini dengan peringatan yang meriah tanpa didasari kesungguhan dalam mengabdi kepada bangsa. Perayaan kemerdekaan bukan sekedar pengingat gelora kemerdekaan. Merayakan kemerdekaan adalah meneguhkan janji dan cita-cita. Mari kita wujudkan kembali impian pemilik rumah setengah papan itu, yang menerawan dengan bangga kibaran merah putih disiang bolong sampil tersenyum membanyangkan dia dan anak cucunya tersejahterakan dan tercerdaskan.

*terinpirasi tulisan anis baswedan
Tri siswandi syahputra
Wakil Ketua Umum Senat mahasiswa Unimed


Related Posts

5 Responses to "LUPAKAH CITA-CITA KEMERDEKAAN?? *"

  1. Jika karya dan usaha kita tidak di hargai oleh pemerintah,. Apakah masih harus nasionalisme???

    Jika kamu punya mobil rusak, Apa yg kamu lakukan?
    Jika tidak bisa di perbaiki?
    Di tukarkah?

    ReplyDelete
  2. maksudnya mas gimana? kalau mobil rusak ya diperbaiki. kalau sudah parah ya beli baru. kan gitu, tinggal selera kita mau merek yang sama atau nggak.
    kalau karya dan usaha kita dihargai, berarti ada yang salah dalam komunikasi kita ke pemerintah, atau dalam kondisi tertentu pemerintah khlaf atau salah.
    yang menjadi persoalan adalah masyarakat memang sudah mulai kehilangan krisis kepemimpinan, hal ini akibat sentimen negatif media dan kurangnya kedekatan emosional. mudah2an kedepan indonesia lebih baik. karna "harapan itu masih ada"
    ^_^

    ReplyDelete
  3. apakah anda yakin dengan kemerdekaan yang anda dapat??? coba anda pikirkan mengapa sampai saat ini masalah yang ada di negara anda ini makin bertambah bukan semakin menuju solusi??? Kalau anda ingin mencari jawabannya maka saya coba sampaikan sedikit petunjuk pada anda bahwa segala sesuatunya itu berawal dari "HUKUM" dan coba anda teliti hukum apa yang TELAH dipakai oleh negara anda???
    manusia diberi oleh SANG PENCIPTA sebuah anugerah yang tidak diberi pada mahkluk lainnya
    yaitu akal maka gunakan akal ada dengan baik dan benar tanpa menilai keuntungan semata

    ReplyDelete
  4. Kita semua masih bisa berharap, ke depan moga muncul generasi yang dapat membawa negara kita lebih baik lagi......

    ReplyDelete
  5. Baru tau kalo bg tri punya blog. jadi baru datang berkunjung ini :D

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel