andai sumpah pemuda tidak ada
Andai Sumpah Pemuda tidak pernah ada.
28 Oktober kemaren, kita baru saja melaksanakan peringatan sumpah pemuda yang dilakukan oleh hampir seluruh Universitas di Indonesia. Lagi-lagi seperti biasa sumpah pemuda hanya di ingat saja sebagai ceremonial belaka. Tidak ada refleksi mendalam terkait makna apa yang ada dalam sumpah pemuda tersebut.
Andai Sumpah Pemuda itu tidak ada, apakah pemuda kita akan bangkit?
Ada dan tidaknya sumpah pemuda, mungkin tidak menjadi pemikiran kita. Tapi ada dan tidaknya sumpah pemuda sama saja tidak menimbulkan efek bagi perkembangan bangsa kita.
Ruh pemuda yang ada sekarang adalah ruh yang terombang ambing digoyang berbagai isyu yang terkadang dimanfaatkan elit politik semata. Kita bisa lihat berbagai kondisi demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa atau masyarakat yang tidak jarang menjadi kaki tangan dari partai tertentu. Kita bisa lihat pergerakan mahasiswa yang terbias pada pergerakan politik semata. Sementara kondisi sosial kemasyarakatan belum pernah disentuh sama sekali.
Memang fungsi mahasiswa sebagai agent of change, iron stok yang berfungsi mengontrol pemerintahan harus tetap dilakukan. Hanya saja mungkin kita lupa akan peran mahasiswa sebagai peneliti dan pengabdi kepada masyarakat harus juga diwujudkan dengan tindakan nyata. Diberbagai negara, kegiatan mengkritisi pemerintah langsung dilakukan oleh massa oposisi pemerintahan.
Andai sumpah pemuda itu tidak ada, apakah organisasi kepemudaan akan tetap menjalin kerja sama dengan masyarakat? Walaupun sekarnag organisasi kepemudaan yang ada tergolong mati suri dalam menjalankan program kerjanya.
Kita adalah negara besar yang memiliki sumber daya manusia yang berlimpah ruah. Namun banyak aset-aset kita dikuasai oleh bangsa asing. Pekerja strategis banyak dikuasai oleh oekerja asing. Sementara ribuan pekerja kita menjadi buruh (pembantu) di negara lain.
Pendidikan di indonesia belumlah menuntaskan buta aksara. Belumlah mengakomodir kesempatan masyarakat untuk mendapat perlakuan yang sama.
Ini adalah kondisi nyata..
28 Oktober kemaren, kita baru saja melaksanakan peringatan sumpah pemuda yang dilakukan oleh hampir seluruh Universitas di Indonesia. Lagi-lagi seperti biasa sumpah pemuda hanya di ingat saja sebagai ceremonial belaka. Tidak ada refleksi mendalam terkait makna apa yang ada dalam sumpah pemuda tersebut.
Andai Sumpah Pemuda itu tidak ada, apakah pemuda kita akan bangkit?
Ada dan tidaknya sumpah pemuda, mungkin tidak menjadi pemikiran kita. Tapi ada dan tidaknya sumpah pemuda sama saja tidak menimbulkan efek bagi perkembangan bangsa kita.
Ruh pemuda yang ada sekarang adalah ruh yang terombang ambing digoyang berbagai isyu yang terkadang dimanfaatkan elit politik semata. Kita bisa lihat berbagai kondisi demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa atau masyarakat yang tidak jarang menjadi kaki tangan dari partai tertentu. Kita bisa lihat pergerakan mahasiswa yang terbias pada pergerakan politik semata. Sementara kondisi sosial kemasyarakatan belum pernah disentuh sama sekali.
Memang fungsi mahasiswa sebagai agent of change, iron stok yang berfungsi mengontrol pemerintahan harus tetap dilakukan. Hanya saja mungkin kita lupa akan peran mahasiswa sebagai peneliti dan pengabdi kepada masyarakat harus juga diwujudkan dengan tindakan nyata. Diberbagai negara, kegiatan mengkritisi pemerintah langsung dilakukan oleh massa oposisi pemerintahan.
Andai sumpah pemuda itu tidak ada, apakah organisasi kepemudaan akan tetap menjalin kerja sama dengan masyarakat? Walaupun sekarnag organisasi kepemudaan yang ada tergolong mati suri dalam menjalankan program kerjanya.
Pendidikan di indonesia belumlah menuntaskan buta aksara. Belumlah mengakomodir kesempatan masyarakat untuk mendapat perlakuan yang sama.
Ini adalah kondisi nyata..
CUKUPLAH BAGI SEORANG MUSLIM UNTUK MENIRU NABINYA DAN BERPEGANG TEGUH PADA 2 WARISANNYA YANG TAK KAN HILANG HINGGA AKHIR ZAMAN
ReplyDelete